Tugas maha besar generasi kita adalah mewariskan toleransi bukan kekerasan. – Ridwan Kamil (Wali kota Bandung, Indonesia)
The highest result of education is tolerance – Helen Keller (penulis Amerika Serikat)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat keberagaman suku, agama, ras, dan masyarakat antargolongan. Keberagaman tersebut menjadikan bangsa Indonesia kaya akan ragam budaya dan saling bersinergi satu dengan yang lainnya dalam membangun inovasi bangsa ini. Suka tidak suka, keberagaman di Indonesia tidak bisa kita tolak sebab keragaman merupakan suatu keniscayaan, dan setiap ajaran agama menghargai keragaman, serta memahaminya sebagai anugerah terindah dari Tuhan bagi bangsa Indonesia.
Lalu apa itu keberagaman dalam arti sebenarnya? menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ragam memiliki arti sikap, tingkah laku, cara, macam,
jenis. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia Keberagaman menjadi salah satu hal
yang tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Karena dimanapun kita berada
baik manusia, tempat, perilaku, dan sebagainya pasti memiliki perbedaan. Namun
dibalik beragamnya masyarakat Indonesia, bagaimana cara terbaik dalam merawat
keberagaman demi keutuhan bangsa Indonesia agar tetap hidup rukun dan bersatu
dalam bingkai NKRI khususnya membangun kesadaran toleransi pada kalangan
generasi muda di lingkungan sekolah, disinilah yang menjadi duduk perkara
diskusi dalam tulisan ini khususnya untuk membina dan memberikan kesadaran pentingnya
toleransi dalam diri para generasi bangsa.
Di Indonesia ada 300 kelompok etnik
atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air
menurut sensus BPS pada tahun 2010. Ethnologue juga merilis data bahwa
Indonesia memiliki 715 bahasa daerah dan merupakan negara pemilik terbanyak
kedua setelah Papua Nugini dengan 840 bahasa daerah. Ditambah dengan jumlah
kepercayaan masyarakat Indonesia yang juga berbeda-beda ada agama Islam, Hindu,
Buddha, Kristen, Katolik, dan Konghucu membuat Indonesia semakin tinggi tingkat
keberagamannya. Tugas besar kita sebagai generasi penerus ketika dihadapkan
pada suatu kondisi keberagaman yang kompleks yaitu dengan cara menumbuhkan
kesadaran untuk saling bertoleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Emanuel Agius dan Jolanta
Ambrosewicz yang dimuat dalam International Bureau for Children’s Rights
(2003), toleransi merupakan sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) terhadap pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan
kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, bisa
dibilang toleransi adalah sikap menghargai suatu pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
Perhari ini toleransi di Indonesia
belum sepenuhnya berjalan dengan baik, hal tersebut terbukti dengan masih
adanya konflik horizontal yang berkaitan dengan SARA dan paling miris itu
terjadi di lingkungan sekolah. Seperti contohnya pada tahun 2017 silam, dimana
seorang pelajar non-muslim diwajibkan untuk memakai jilbab dan mengikuti
kegiatan keagamaan oleh pihak SMPN 3 Genteng Banyuwangi. Desember 2019, orang
tua murid memprotes pihak SD Inpres 22 Monokwari yang mempunyai aturan larangan
jilbab untuk siswi selama jam belajar di sekolah, Januari 2020. Siswi SMAN 1
Gemolong Sragen berinisial Z diteror oleh seorang pengurus rohis. la mendapat
pesan berbunyi Intoleransi hingga penghinaan terhadap orangtua. Januari 2021,
Siswi berinisial JCH menolak menggunakan kerudung sebagaimana yang diatur oleh
pihak SMKN 2 Padang, alasannya karena ia bukan beragama Islam.
Dari paparan kasus tersebut memberikan
gambaran bahwa intoleransi menimbulkan kegaduhan yang berujung pada perpecahan
persatuan bangsa Indonesia. Maka dengan hal tersebut perlulah kita menyadari
bahwa pentingnya tolelansi dalam kehupan sehari-hari khususnya memberikan
kesadaran sejak dini tentang nilai-nilai toleransi dari lingkungan terkecil
bernama sekolah.
Merawat Kesadaran Toleransi Di
Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan jenjang pendidikan formal, baik dalam bentuk sekolah negeri, yakni dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar, sekolah bertujuan untuk mendidik para siswa di bawah pengawasan guru. Untuk menanamkan nilai-nilai toleransi yang sesuai dengan ajaran Pancasila maka sekolah bisa menjadi tempat yang sangat efektif.
Salah
satu contohnya di SMP Jembatan Budaya malalui program JB School Exhibition
menjadikan ajang tersebut untuk membangun kesadaran dalam bertoleransi dengan
memperkenalkan keberagaman Indonesia yang lebih luas kepada para siswa.
JB School Exhibition merupakan kegiatan pameran karya dari siswa yang berkaitan dengan promosi budaya Nusantara di kalangan siswa sekolah Jembatan Budaya. Dalam pameran ini siswa memperkenalkan keragaman budaya Nusantara seperti tarian daerah, makanan tradisional, lagu daerah, permainan tradisional, dan pakaian adat daerah kepada seluruh warga sekolah. Kegiatan JB School Exhibition diadakan setiap setahun sekali dan kegiatan tersebut memiliki tujuan salah satunya dapat memberikan pemahaman kepada siswa agar bisa terhubung dan berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang dan kondisi berbeda di Indonesia.
Hal tersebut bukan tanpa dasar, mengingat dengan adanya kegiatan JB School Exhibition siswa dapat mengenal ke-Indonesia-an jauh lebih baik lagi dan tertanam kesadaran bahwa Indonesia bukanlah negara yang homogen dalam hal SARA dan siswa akan terbiasa menyikapi keberagaman atau perbedaan yang ada di Indonesia.
Penulis: Mercy Tiffany Liu
Posting Komentar