Sumber Gambar: Google Images |
Pernah kah
kalian mendengar tokoh terkenal di abad 19 bernama Albert Einstein? Hampir semua
masyarakat bumi di berbagai negara mengenal tokoh sains modern ini, ntah dari membaca
biografinya atau mendengar namanya ketika belajar ilmu Fisika. Lantas, Siapakah
Carla Gracia? Baca dulu sampai akhir paragraf tulisan ini dan kenali puisinya
yang berjudul “Tuhanku” yang ia tulis untuk setiap pembaca yang arif dan
bijaksana.
Albert Einstein lahir di Jerman pada tangal 14 Maret 1879 dan wafat pada 18 April 1955, namun sekalipun di abad dua puluh kita tidak lagi menemui dalam bentuk wujudnya namun perlu kita sepakati bersama bahwa karya-karyanya tetap hidup sepanjang masa bahkan sampai hari ini pemikiran Albert Einstein termasuk salah satu tokoh Sains yang populer yang paling banyak diminati untuk dipelajari dan dijadikan suatu bahan rujukan ilmu pengetahuan baik itu oleh kalangan intelektual maupun kaum milinial. Albert Einstein dikenal masyarakat luas karena mengembangkan teori relativitas , tetapi dia juga memberikan kontribusi penting bagi pengembangan teori seperti mekanika kuantum . sejauh yang saya ketahui bahwa Relativitas dan mekanika kuantum adalah dua pilar dalam fisika modern bahkan Massa-Energi=Kesetaraan rumus E = mc 2 yang muncul dari teori relativitas. (rumusnya familiar ya sering kita lihat, dan terkadang banyak disalah gunakan dalam pengembangan nuklir dan uranium). Namun, dalam tulisan ini tidak untuk panjang lebar membahas biografi Einstein dan apalagi sampai mengurai tentang fisika modernnya yang dalam kacamata saya begitu wahhh (waah betapa rumitnya memahami) tetapi sudah banyak sumber-sumber yang lebih ilmiah dan teoritis dalam membahas tentang hal itu dan kita bisa pelajari sama-sama.
Pada tulisan ini, tentu akan banyak berbicara tentang argumentasi Einstein yang terkadang sering dijadikan caption di story media sosial oleh sebagian kalangan pemuda yang berbunyi “Tuhan tidak bermain dadu” cetus Einstein di sela-sela keyakinannya yang utuh dan beberapa caption yang menghiasi whatsapp, facebook, tweeter, instagram dan platfom lainnya yang ditulis oleh kebanyakan khalayak milenial ntah sebagai style agar terlihat keren atau memang benar-benar memaknai. Bukan hanya anak-anak milenial saja yang tertarik pada kalimat Tuhan tidak sedang bermain dadu bahkan beberapa tokoh Sains terkenal lainnya seperti halnya Sthepen W Hawking pernah menanggapi argumen tersebut karena saking menarik dan perlu ditafsirkan dengan penuh kebijaksanaan dari sosok pemikir hebat yang memiliki IQ 160 itu. Lalu apa yang bisa kita pahami dari tokoh jenius itu tentang tentang “Tuhan tidak sedang bermain dadu?”. Sebelum masuk pada pembahasan argumentasi Einstein terlebih dahulu kita membaca dengan baik puisi yang ditulis oleh salah satu siswa yang berjudul Tuhanku apa yang digambarkan Einstein sedikit banyak puisi ini semoga bisa membantu:
Tuhanku
Oleh:
Carla Gracia
Di suatu senja
Di suatu musim
Kadang ada gelombang
Kadang ada badai
Hanya Tuhan yang menolong
Hanya Tuhan yang menyertai
Tanpa-Nya kami tak mampu
Tanpa-Nya kami hanyut
*Puisi dikutip dari buku kumpulan Puisi Melliflous yang diterbitkan oleh Gerakan Menulis Buku Indonesia
Setiap puisi yang hidup pasti memiliki inteprestasi yang luas dan luwes (tidak kaku), sebab jika puisi hanya ditafsirkan sekali maka sekali membacanya sudah cukup dan tidak perlu diperbincangkan lagi. Seperti apa yang dikatakan oleh mendiang Sapardi Djoko Damono si penulis puisi Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin.
Lalu apa hubungan puisi berjudul Tuhanku dengan kalimat Albert Einstein tentang Tuhan Tidak Sedang Bermain Dadu. Didalam puisi itu disebutkan bahwa Tuhan tetap ada dan memiliki kuasa atas senja, musim, gelombang dan badai lebih sederhananya bahwa Dzat Maha Agung yang disebut Tuhan memiliki kuasa dan pengaruh yang besar terhadap kinerja semesta (jadi tidak asal-asalan menghadirkan senja, musim, gelombang dan badai). Lanjut pada bait kedua, secara subjektivitas lebih memaknai dari apa yang telah ditulis dibait pertama dan meneruskan makna tentang apa sih makna puisi berjudul Tuhanku. Pada bait kedua penulis meyakini bahwa Hanya Tuhan yang mampu menolong dan menyertai dalam setiap tingkah laku manusia, dan tanpa adanya Tuhan dan tanpa kasih sayang-Nya setiap manusia tidak akan mampu karena semesta adalah milik-Nya dan tanpa-Nya kita akan hanyut (hanyut dalam artian tanpa kasih sayang-Nya manusia berada pada kerugian yang besar).
Sebagai apersepsi Tuhan tidak sedang bermain dadu, pernahkah kalian bermain dadu? ketika kita bermain dadu dan menginkan angka lima tapi yang keluar adalah angka satu jadi angka satu itu keluar karena suatu kebetulan (jadi setiap angka yang keluar bermain dadu adalah kebetulan). Tuhan dalam mengatur semesta bukan seperti dadu yang kita mainkan, melainkan semua sudah diatur, ditata, di desain dengan kuasa-Nya pada alam semesta beserta segala kehidupannya dan semesta tidak muncul begitu saja (jadi Tuhan tidak iseng-iseng menghadirkan semua yang ada di bumi, semua ada tujuan baiknya).
Makna Tuhan tidak bermain dadu dan puisi yang ditulis oleh Carla Gracia memiliki suatu pesan bahwa segala sesuatu yang telah terjadi di dalam kehidupan semesta bukanlah suatu kebetulan atau iseng-iseng belaka, Tuhan menghadirkan segala sesuatu pada kita dengan rencana terbaiknya yang tidak kita ketahui diabalik kuasa-Nya. Ketika kita merasakan sedih, putus cinta, hidup dalam keterbatasan, dan terpimpa kesedihan lainnya jangan sampai pernah merasa putus asa, sebab Tuhan tidak memberikan perihal tersebut sebagai suatu kebetulan yang sifatnya tanpa perhitungan seperti kita sedang melempar dadu. Semua diatur dan ditata dengan perencanaan yang luar biasa dan semua itu memiliki tujuan baik untuk suatu rasa syukur yang manis.
Penulis: Mr.A
Puisi: Carla Gracia
dalam Buku Antologi Melliflous
Posting Komentar